Budaya Alay dan Pembodohan Generasi Muda


Akhir – akhir ini, ada budaya baru melanda generasi muda kita. Barisan huruf dan angka yang mereka bilang sebagai kata dan kemudian dikenal sebagai tulisan alay. Tidak ada yang tahu kapan tulisan aneh ini muncul, tetapi kemungkinan, setelah sebuah kontes menulis pesan singkat sangat pendek yang dibuat oleh salah satu profider yang menjadi pemicunya. Awalnya mungkin bertujuan sebagai promosi dan penyaluran kreativitas, budaya baru ini berubah jadi pembodohan masal generasi muda. Hampir semua remaja di seluruh Indonesia, tidak peduli di kota – kota besar maupun kecil, mengenal bahasa alay dan inilah yang membuat saya beranggapan bahasa ini adalah bahasa pembodohan generasi muda Indonesia.

Kenapa saya bilang sebagai bahasa pembodohan? Kata – kata pada tulisan yang berputar antar para alayers, yang menyalah gunakan huruf vokal, diftong diganti dengan gabungan huruf vokal atau bahkan huruf vokal diganti dengan angka ('a' jadi 4, 'i' jadi 1, 'e' jadi angka 3 dst). Mereka bisa saja membela diri jika saya bilang, kebiasaan buruk ini akan terbawa hingga ujian sekolah. Saat ini, saya belum menemukan bukti kalau para alayers ini akan khilaf dan menulis kata – kata alay yang biasa mereka gunakan di kertas ujian. Tapi ini adalah human nature, kepanikan akan membuat kita kurang teliti dan pastinya kekhilafan dengan menulis kata – kata alay di kertas ujian juga akan terjadi karena tekanan ujian. Jika ini belum terjadi, maka tulisan saya ini bisa jadi pertimbangan untuk para alayers agar lebih berhati – hati dan tenang selama ujian agar mereka tidak melakukan kekhilafan bodoh dengan menuliskan kata – kata alay di lembar jawaban ujian. Jika ada yang sudah melakukan, anggap tulisan ini sebagai shock therapy dan penyadaran buat mereka bahwa sudah saatnye mengakhiri kebiasaan bodoh ini.

Entah karena kebiasaan malas membaca dan menulis dengan bahasa dan tulisan yang baik dan benar, atau karena memang sudah pada dasarnya malas, banyak alayers yang semakin membuat malu diri mereka sendiri. Kejadian yang paling baru adalah fenomena salah masuk fan page di facebook. Mereka yang melakukan hal ini adalah komunitas penggemar salah satu boyband yang lumayan jadi buah bibir di kalangan remaja – sm*sh. Fans – fans ini salah masuk ke fan page salah satu rock metal band di Jerman dengan nama yang hampir sama – SMASH.

Karena pada dasarnya mereka adalah orang Jerman, tentunya tidak mengerti bahasa Indonesia, apa lagi bahasa alay yang dipakai oleh semua fans boyband Indonesia tersebut. Yang membuat saya bingung, apa mereka tidak melihat foto yang terpampang jelas di fanpage tersebut, sementara di halaman search facebook sendiri, selain foto juga terdapat sedikit informasi tentang genre music dari band tersebut dan tentunya lokasi. Hal ini yang membuat saya berpikir, alayers ini bakal melakukan kekhilafan konyol saat ujian. Mereka sangat kurang atau bahkan tidak teliti dan memperhatikan bukan hanya apa yang mereka tulis, tetapi juga dimana mereka menuliskan kata – kata alay tersebut.

Jujur saya malu dan berpikir, apa remaja kita sudah sebodoh itu, setidak peduli itu atau setidak teliti itu? Bahkan saat mereka diingatkan, jawaban yang mereka beri malah sangat kasar dan seolah menunjukkan kurangnya tata krama dan sopan santun mereka. Tentang yang terakhir ini, saya mengalami sendiri. Saya melihat foto hasil jepretan salah satu teman kebetulan modelnya adalah artis cewek yang sedang ngetop, tetapi foto tersebut dibuat bukan untuk publikasi – untuk majalah, Koran dan sebagainya – dan ketika saya ingatkan untuk menuliskan sumber foto tersebut, seperti yang selayaknya dilakukan jika kita mengutip sesuatu dari website dan apa yang saya dapat? Jawaban yang sangat kasar dan sungguh tidak bertata krama.

Saya jadi sangat prihatin, karena banyak remaja sekarang seperti kehilangan jatidiri sebagai orang timur, yang bukan hanya menjunjung dan menghargai karya orang lain tetapi juga memiliki tata krama dan sopan santun yang tinggi dan membedakan kita dari bangsa lain. Apa salahnya berterima kasih dan mengakui kalau dia salah. Manusia hidup kan belajar dari kesalahan, dan dengan kita di kritik dan diperingatkan, artinya kita masih diperhatikan dan kita diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan tersebut. Tetapi hal ini yang tidak disadari oleh ABG tersebut, entah karena mereka malu karena salah fanpage atau karena mereka tidak terima di beri peringatan. Dan ini menjadi kebodohan sekaligus ketidak pedulian yang luar biasa yang pernah mereka lakukan.

Saya juga pernah jadi remaja, melewati masa - masa SMP dan SMA. Saya tumbuh dengan mengagumi Backstreet Boys, Alm. Stephen Gately-nya Boyzone (who turns out to be gay), A1, Westlife dan banyak lagi boyband yang pada periode akhir 90-an memang lagi menjamur. Saya juga memenuhi kamar saya dengan poster mereka, tetapi saya tidak sampai kehilangan kewaspadaan, jadi bodoh, kasar dan tidak peduli seperti beberapa fans boyband SM*SH dan hampir sebagian besar alayers.

Kita memang berasal dari dua generasi yang berbeda tetapi saya yakin, tata krama, sopan santun dan tata bahasa Indonesia sudah bertahan ratusan generasi. Janganlah satu generasi merusaknya, ini warisan budaya kita. Satu hal yang membuat kita berbeda dengan bangsa lain di dunia. Bahasa Indonesia sendiri sudah menjadi bahasa ke-5 yang digunakan diseluruh dunia dan banyak universitas di dunia sudah mulai mempelajari bahasa Indonesia. Begitu juga dengan Etika, apa lagi jaman sekarang adalah jaman Internet, tentunya etika dan sopan santun juga tetap harus dibawa saat kita berselancar di Internet, termasuk saat kita membuka halaman facebook. Tidak semua orang yang menjadi teman kita di facebook benar - benar mengenal kita. Jika kita salah bicara sedikit saja, mungkin lebih dari satu orang akan tersinggung bahkan membenci kita.

Semoga tulisan saya ini bisa menjadi bahan pelajaran dan saya sungguh berharap bahasa dan aturan penulisan alay menghilang dari bumi Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Just A Note About Myself

8 Years of Heartbreak - Part 2